Editing Video

Senin, 30 Agustus 2010.
Capture video ialah salah satu cara untuk mengumpulkan bahan-bahan dalam suatu proyek editing video. Kita mungkin perlu material lain seperti klip video lain (yang sudah dalam bentuk file video di hard disk komputer), file sound untuk ilustrasi musik, elemen grafis, klip animasi, dan lain-lain. Adalah kebiasaan yang baik untuk mengawali suatu proyek editing video dengan persiapan manajemen file. Di komputer kita, misalnya di partisi D, kita membuat folder baru (misalnya dengan nama “Proyek Wedding Video Romi dan Juli”) lalu didalamnya kita membuat sejumlah subfolder lagi untuk menyimpan sejumlah file, baik untuk input proses editing maupun untuk outputnya kelak. Beberapa folder yang penting misalnya “file capture”, “images”, “animasi”, “sound”, “supporting files”, “render”, yang berfungsi menyimpan file-file sesuai yang tergambar dari namanya masing-masing.
Kita mungkin punya sejumlah bahan foto hasil jepretan kamera digital, maka tinggal hubungkan kamera tersebut ke komputer dengan kabel transfer yang ada lalu meng-kopi foto-foto tersebut ke subfolder images. Kita mungkin punya sejumlah barang cetakan yang memiliki motif desain yang menarik, maka kita perlu men-scanning lebih dulu obyek tersebut lalu di-save di subfolder yang sama. Kita mungkin punya banyak gambar ilustrasi, klip art, klip animasi, sound dan materi pendukung lain yang sudah ada di hard-disk tapi di folder lain, maka inilah saatnya untuk mengumpulkannya di dalam folder khusus proyek editing kita. Setelah kita cukup yakin telah mengumpulkan material yang diperlukan untuk proyek editing, maka kita bisa mulai proses editing video.
Catatan : Pada sejumlah software editing video seperti halnya Adobe Premiere Pro, langkah awal editing ialah mendefinisikan setting project lalu memberi nama project tersebut. Langkah ini tidak bisa dilewati dan secara teknis memang diperlukan mengingat banyaknya pilihan format video baik input maupun output. Dengan adanya setting project ini, sistem editing video akan menjalankan prosedur internal khusus yang optimal bagi masing-masing setting project yang dipilih.
Baik menggunakan software editing video yang sederhana seperti Windows Movie Maker maupun software yang lebih canggih, kita dapat menemukan adanya 3 area di ruang kerja editing video kita, yaitu project window, monitor window dan timeline. Agar dapat dipahami lebih mudah, berikut ini ialah contoh ruang kerja di software Premiere Pro.
editingWorkspace
1. Project Window

Terletak di kiri atas gambar di atas, window ini berisi semua elemen yang digunakan dalam proyek editing (klip video, sound, grafis, dll)
2. Monitor Window
Di bagian kanan atar, monitor ini akan menampilkan hasil video yang sedang di-edit. Di wilayah ini dapat diset menjadi tampilan 2 monitor, dimana monitor yang satu dipakai untuk menampilkan klip video asli (source), dan yang satunya lagi klip video yang telah di-edit.
3. Timeline
Sepanjang bagian bawah, ialah timeline yang terletak mendatar horisontal. Timeline ini menjelaskan alur video sejak awal. Di sinilah kita mensisipkan klip video dan elemen lain dan kemudian menyusunnya sesuai keinginan. Saat kita akan meng-ekspor video untuk mendapat hasil akhir, video akan menampilkan apa yang ada di timeline ini sejak awal hingga akhir (yaitu dari kiri ke kanan) dan menampilkan semua apa yang ada di timeline ini.
Catatan : Interface software editing video yang lain akan berbeda dengan contoh gambar di atas. Anda perlu mempelajari dengan seksama interface software editing video yang Anda gunakan untuk dapat menemukan fungsi-fungsi yang serupa dengan yang telah dijelaskan di atas.
Secara umum, berikut ini ialah langkap tahap demi tahap dalam proses editing video :
1. Tempatkan klip-klip video (dan elemen lain) di timeline dengan cara drag & drop file dari project window.
2. Hapus bagian-bagian video yang tidak diinginkan dengan cara trim/cut, menggunakan razor tool atau alat sejenisnya di software editing video Anda.
3. Pilihlah footage yang paling baik untuk tiap adegan. Untuk keperluan ini kita cuma perlu Selection Tool untuk memilih klip lalu menghapusnya (cuma dengan tekan key Delete pada keyboard), dan menyusun ulang lokasi klip juga dengan Selection Tool.
4. Menyusun ulang klip-klip video dalam upaya membuat cerita yang menarik atau menyampaikan informasi secara sistematis.
5. Tambahkan suara narasi, sound effect dan musik ilustrasi jika sekiranya perlu; waspada agar konsisten dalam gaya atau nuansa yang hendak ditampilkan.
6. Tambahkan efek video, animasi dan materi grafis lain sekiranya perlu; ingatlah bahwa elemen-elemen ini dimaksudkan untuk memperkuat pesan komunikasi dari gambar video, bukan justru malah akan merusaknya.
7. Tambahkan titel jika perlu, entah untuk opening, closing, keterangan para penampil, dsb. Anda mungkin perlu mempelajari konsep tipografi agar dapat membuat titel dengan baik.
8. Tambahkan transisi antar klip. Banyak editor pemula membuat kesalahan dengan menggunakan banyak ragam transisi sekaligus dalam proyek yang sama. Nyataya, transisi sederhana seperti Cross Dissolve sudah memadai untuk kebanyakan klip. Bahkan di produk video tertentu yang memiliki ritme yang cepat, cut to cut scene (yaitu perpindahan klip video secara langsung tanpa pemakaian transisi) ialah cara paling lazim digunakan oleh praktisi profesional.
9. Koreksi warna, untuk menjamin bahwa unsur warna tampil secara konsisten di keseluruhan video. Unsur warna ini misalnya nuansa, kecerahan, level dan kontras.
10. Cek keseluruhan rangkaian video dan adakan penyesuaian/perbaikan yang dianggap perlu.

fROM http://captun.net

Comentários:

Posting Komentar

 
Wahyu Afandi © Copyright 2010 | Design By Gothic Darkness |